Langsung ke konten utama

Larangan Pemakaian Cadar UIN Yogyakarta Salah Satu Bukti Islamphobia




Larangan pemakaian cadar mahasiswa UIN Yogyakarta, akhir-akhir ini membuat viral sejagat Antero. Pasalnya, larangan pemakaian cadar bagi mahasiswi karena akan terjadi hal hal yang disalahgunakan dalam cadarnya. Misalnya, ketika ujian maka akan disalahgunakan tidak mahasiswi tersebut yang ikut ujian melainkan orang lain dikarenakan ketidaktahuan wajah dibalik cadarnya. Itu merupakan salah satu jawaban Rektorat UIN Yogyakarta dalam release Pers tanggal 5 Maret 2018.


Adapun pernyataan Rektor UIN Yogyakarta dalam persnya  Pembinaan Mahasiswi Bercadar UIN Yogyakarta tanggal 5 Maret 2018 diantaranya sebagai berikut;

1. Kebijakan Umum para pemerintahan hari ini khususnya kementerian agama untuk diarahkan menyebarkan islam moderat. Islam moderat ini artinya rihmatan lil’alamin, islam nusantara. Sedangkan Islam moderat menurut Bapak Yudiana selaku rektor UIN Yogyakarta mendefinisikannya yaitu islam yang mengakui dan mendukung UUD 45, Pancasila, dan NKRI.
2. Rektor UIN Yogyakarta meyakini legitimasi tertinggi setelah Rasulullah Wafat adalah Ijma’
3. Bermunculan ideolagi-ideologi radikalisme agar tidak teseret pada aliran tersebut.
4.  Islam itu menuju keselamatan dan perdamaian. Moderat disini berati adil.
6. Cadar sebagai tradisi atau budaya.


Demikian diantaranya pernyataan rektor UIN Yogyakarta terhadap larangan pemakain cadar bagi mahasiswinya dengan melakukan pembinaan terlebih dahulu jika masih pada pendiriannya maka untuk kebaikan bersama diharapkan mahasiswi tersebut untuk pindah kampus dikarenakan aturan-aturan yang berlaku di UIN Yogyakarta yang mana mereka sudah mendatangani.


                Disini, ingin mengkritisi pernyataan rektorat UIN Yogyakarta yang mana beliau mengagung-agungkan keadilan atau moderat itu berati adil. Disis lain, beliaulah sesungguhnya yang tidak berlaku adil terhadap mahasiswinya dengan dalih pada poin pertama, kedua, dan ketiga.

                Pertama, Pernyataan pada poin pertama yang diungkapkan rektor UIN Yogyakarta merupakan poin besar terjadinya deradekalisasi terhadap rezim yang panik. Jikalau islam moderat berati islam yang mengakui pancasila, UUD 45 dan NKRI. Bukankah ini sudah melampaui batas? Kita tau pancasila sendiri mengatur “ Ketuhanan Yang Maha Esa”  bukankah dengan pancasila sila pertama kebebasan muslim untuk menjalan syariat sesuai dengan Ajarannya. Apakah dengan dalih ke dua? Berijma? Ijma seperti apa duu ini yang dimaksud? Dan disebutkan bahwa cadar merupakan sebagai tradisi atau budaya merupakan kesalahan dalam memahami syariat. Cadar memang terdapat khilafiyah namun untuk menghukuminya sejauh ini dengan alasan yang diatas termasuk perbuatan yang batil.


                Dan ditinjau pasal 29 ayat 1 dan 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Sudah jelas UUD 1945 melindungi rakyat untuk kebebasan menjalankan syariat sesuai dengan keyakinannya.

Apa yang terjadi dibalik semua ini?


                Pemerintahan khususnya kementerian agama pada pernyataan diatas meminta untuk  menyebarkan islam moderat. Bahwa sanya islam moderat yaitu islam yang mengakui dan mendukung pancasila, UUD 1945 tapi pada kenyataannya mereka membalikkan fakta. Pada aslinya kasus pelangan cadar sudah terjadi sudah lama hanya saja goalnya akhir ini. Dikarenakan Kebijakan Umum Pemerintah pada waktu 2017 mereka mengundang semua kampus yang dihadiri rektorat yang ada di seluruh Indonesia yang bertempatan di Bali untuk membahas mengenai Islam Nusantara dan radikalisme yang menyebar dikampus.


                Melihat kasus diatas merupakan gejala islamphobia. Islamofobia bukan sekadar ketakutan. Beberapa orang secara sengaja mengembangkannya dan menggunakannya sebagai strategi politik. Islamofobia tidak terjadi begitu saja. Ia bisa memberikan uang dan kekuasaan kepada orang yang mendapatkan keuntungan atasnya.



                Yang dimaksud Islamphobia adalah rasa takut, kebencian, dan permusuhan yang berlebihan terhadap Islam dan Muslim yang diabadikan melalui stereotip negatif yang mengakibatkan bias, diskriminasi, dan marginalisasi serta pengucilan umat Islam dari kehidupan sosial, politik, dan kewarganegaraan. Tepat seperti masa sekarang ini. Seolah-olah islam sebagai radikalisme atau terorisme yang menyebabkan terjadinya teror-teror yang ada.

                Hari ini, Islam dan Muslim senantiasa mendominasi headline negatif di media mainstream. Serangan teror selalu dialamatkan kepada Islam sebagai tertuduh. Islam dan Muslim selalu dianggap bersalah, sampai terbukti sebaliknya. Sebuah pola yang berkebalikan dengan kaidah hukum yang berkembang selama ini, praduga tak bersalah sampai ada bukti yang membuktikan sebaliknya. Islam lebih dipandang sebagai penyebab dibanding sebagai konteks dalam radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Menjadikan Islam sebagai kambing hitam cenderung lebih simple, dibanding mempertimbangkan inti masalah politik dan keluhan yang menggema di dunia Islam. Tak terkecuali dalam kasus ini terdapat campur tangan dunia barat.


Dunia barat dalam memandang islam hanya menggunakan dua pandangan. Moderat dan ekstrimis. Moderat yaitu muslim zombie sedangkan ekstrimis yaitu muslim radikal.


Setiap muslim yang tunduk pada peraturan dunia barat maka mereka akan dijadikan teman. Sedikit demi sedikit jenis muslim ini (moderat atau zombie)  akan membantu langkah mereka. Menghilangkan rintangan mereka yang berasal dari kalangan mereka sendiri. Memudahkan jalannya untuk siap lari kedepan menjadi pemegang aturan didunia. Seperti kasus yang terjadi hari ini. Menjadikan islam di Indonesia sebagai islam moderat. Harusnya kita sudah paham arah peristiwa-peristiwa  yang terjadi sejauh ini mengenai situasi situasi yang mengganjal di Indonesia ini.


Mereka inilah muslim moderat. Mereka inilah muslim zombie, mayat hidup yang pikirannya dikendalikan oleh orang-orang barat dan tunduk patuh pada aturan aturan barat. Ia hidup dengan status muslim, hanya saja jiwa dan otaknya sudah terkontaminasi oleh aturan mereka. Adapun jika ia tidak berstatus muslim, maka tidaklah mungkin ia mampu mempengaruhi kaum muslimin yang lain. Ialah yang mencari kehidupan dengan menggelayut kepada orang-orang barat. Bersedia hidup dengan menghisap darah kaum muslimin yang merupakan saudaranya sendiri.


Sedangkan yang dimaksud ekstrimis yaitu orang-orang yang berusaha mematuhi hukum Rabbul ‘aalamiin bukan hukum orang-orang barat atau orang-orang yang membangkang atas ketidaktundukannya terhadap aturan barat. Mereka adalah target utama dunia barat dalam misi menghabisi orang-orang berpaham ini karena mengganggu jalan mereka untuk menjadikan tatanan dunia baru.




Referensi:
Mustarom, K. 2017. Syamina. Islamphobia, Perang yang tidak dideklarasikan. Edisi 19
MERAH PUTIH CHANNEL. “Larang Mahasiswi Bercadar - Konfrensi Pers Rektor UIN Sunan Kalijaga”. Youtube. Youtube
Aini, Nurul. 2018. Muslim Zombie Vs Muslim Radikal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah menyatakan kerinduan? Perasaan kepada seseorang?

*Saat hujan Berteriaklah di depan air terjun tinggi, berdebam suaranya memekakkan telinga agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi, pucuk2nya lebih tinggi dari kepala agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari Termenunglah di tengah senyapnya pagi, yang kicau burung pun hilang entah kemana agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu Dan, menangislah saat hujan, ketika air membasuh wajah agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan Perasaan adalah perasaan, Tidak kita bagikan dia tetap perasaan Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan Tidak berkurang satu helai pun nilainya Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya Perasaan adalah perasaan, Hidup bersamanya bukan kemalangan, Hei, bukankah dia memberikan kesadaran betapa indahnya dunia ini? Hanya orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik Hanya orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah Maka nasehat lama itu benar sekali, Menangislah...

Aku Malu Dipanggil Aktivis

Aku malu saat mereka memanggilku dengan sebutan “aktivis dakwah” Karena bisa jadi amal baik mereka lebih banyak dari amalku Bisa jadi  keikhlasan mereka lebih mendalam daripada diriku Bisa jadi kedudukan mereka di mata Allah Swt. lebih tinggi dariku... Aku merasa tidak pantas, Sering ku beralasan belum sempat serius memperbaiki bacaan Al-Qur’an ku yang masih terbata-bata(tartil), apalagi untuk menambah hafalan Seakan menjadi hal yang wajar jika mushaf Al-Qur’an kubiarkan bergeletak di atas meja atau sekadar memenuhi ruang ranselku untuk kubaca sesekali di “waktu luang” saja Mereka bilang aku “aktivis dakwah” supersibuk yang sering pulang larut malam karena agenda dakwah di sana-sini Sementara aku masih sempat membumbui rapat organisasi dengan candaan dan bahasan yang sebetulnya sama sekali tidak penting(just akhwat no ikhwan) Padahal... Ini bukan dakwah, ketika hanya terlibat di kegiatan dakwah tanpa berusaha membenahi diri menjadi lebih baik Ini bukan dakwah, ...

Desain Seminar Hijab UII

ya masih amatiran buat pamflet atau sejenisnya bukan amatir yang meningkatkan menjadi bisa tapi usahamu yang mau mencoba untuk melakukannya . ----------->> yah,walaupun desainnya itu simple dan mungkin kurang bagus ,tapi setidaknya sya bisa melakukannya walau butuh berJam2an untuk membuat . . .heheh :p maklum masih belajar ^^ --------->> saya rasa orang orang yang mepunyai seni itu sangat mengasyikan dan memiliki keindahan sendiri dengan cara mereka mengepresiasikannya, saya mengagumi orang orang yang punya seni misalnya saja FBS atau Arsitektur... ehh, ni bagiku orang yang doyan dengan hal hal yang baru. . .